This was never meant to be a jolly travelogue. In his new book Race, Islam and Power, human rights activist Andreas Harsono explains the damage incurred on “wonderful Indonesia” as a result of violence. When these did not work, persuasion turned to force. From Aceh to West Papua live citizens who see the nation’s largest ethnic group as oppressive colonialists.įirst President Sukarno used a common language, universal education and the non-denominational Pancasila philosophy to create the “unitary state”. Visiting outlying islands in this sprawling archipelago reveals an unease felt about Java, “the denominator of Indonesia”. Inside view: Andreas Harsono's new book ' Race, Islam and Power' is a discomforting read for anyone who cares for the moral development of this nation. Human rights activist Andreas Harsono’s new book Race, Islam and Power shows the damage incurred on “wonderful Indonesia” as a result of violence. Pikiran saya soal hak LGBT dibuat tersentak pertama kali, bukan dalam diskusi atau dalam bacaan, tapi dalam suatu perbincangan ringan, suatu sore ketika menunggu kelas mulai, dengan guru jurnalisme saya, Bill Kovach, di Universitas Harvard, pada 1999. Tapi saya tak tahu mereka pasangan lesbian. Mereka bekerja, mereka mencari makan seperti kebanyakan orang. Dulu saya tahu ada tetangga, dua perempuan, hidup bersama-sama. Dulu saya tak tahu bahwa lagu Diana Ross bicara soal kesulitan, diskriminasi, individu LGBT ketika mau malela ( coming out). Saya merasa belajar soal hak minoritas orientasi seksual. Ini memang lagu-lagu populer yang diciptakan buat mendukung individu LGBT. Musik juga ramai, dari lagu Diana Ross " I'm Coming Out" (1980) sampai George Michael " Freedom" (1990) sampai " Brave" karya Sarah Bareilles (2013) bisa dinikmati. Parade dimulai dengan sebuah bendera pelangi, ukuran raksasa, dibuat membuka jalan. " We're stronger together," teriak sebuah pidato. Dari kantor walikota sampai berbagai perkumpulan dagang. Mereka mengucapkan selamat merayakan parade, selamat bergembira. Saya perhatikan berbagai gedung pemerintahan juga memasang bendera pelangi. Orang kulit hitam, kulit kuning, kulit putih, sawo matang, semuanya ada. Macam kawan saya yang datang dari Beirut, saya juga lihat ada rombongan orang Arab, ikutan parade. Saya melihat organisasi lesbian yang didukung oleh rekan-rekan perempuan hetero mereka. Saya melihat kelompok gay yang bisu dan tulis. Saya mengikuti parade ini dari ujung ke ujung, termasuk panggung musik dekat stasiun Brussels.Īda suasana gembira. Kami jadi bisa menikmati parade dengan mudah: melihat orang menari, dengar musik berbagai macam ragam. Hotel saya bahkan terletak dekat route utama. Anda perhatikan ada tanda "Grand Place." Ia adalah lokasi dekat hotel saya. Menariknya, ketika memperhatikan route parade di Google Map, saya lihat Google mewarnai rute tersebut dengan warna pelangi.